Tuesday 8 March 2016

Never Lower Your Standard Just Because You are Lonely

"Kita gak bisa lanjut. Aku nyadarin kalau cara berpikir kita bener-bener berbeda. Aku mau sendiri. " ucap lelaki itu tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Kamu gila!!! Kamu tau? Perasaanku ke kamu itu udah begitu besar. Aku selalu berusaha berubah jadi lebih baik. Cuma buat kamu!!! Gila!!! Kamu egois. Kamu bikin aku ancur gini" seorang wanita berkata sambil menangis tersedu-sedu. Namun lelaki itu pergi begitu saja tanpa memperdulikannya.

Semalaman, wanita itu mengurung diri di kamar. Menangis. Menangisi kepergian sang lelaki. Dia terus mencoba menghubungi lelaki itu, namun tak digubris. Hingga akhirnya dia pun sadar, tak akan ada gunanya terus mengejar lelaki itu. Jalan terbaik adalah merelakan.

Hari berganti. Wanita itu memulai langkahnya dengan memaafkan semua hal yang membuatnya sakit hati. Sakit hati tak akan pernah hilang jika kau masih menyimpan dendam. Dan untuk apa dendam jika kamu masih mempunyai rasa sayang untuknya. Mungkin memang dengan merelakannya untuk pergi adalah cara terbaik untuk membuatnya lebih bahagia. Terlebih lagi itu semua akan membuat hatimu terasa lebih nyaman. Begitu pikir wanita itu.

Hari demi hari berlalu. Dia makin bisa berdiri tegak sebagai seorang single woman. Banyak lelaki mendekatinya. Namun tak pernah ada yang bisa meluluhkan hatinya. Dia sudah merasa bahagia dengan hidupnya. Dia bisa mencukupi segal kebutuhan hidupnya sendiri, dia punya banyak teman yang selalu menguatkannya, bahkan dia mulai terbiasa menikmati kesendiriannya. Dia mulai menjadi wanita kuat, yang susah ditaklukan. Meski banyak lelaki yang mencoba.

Hingga suatu ketika seorang yang sudah ia anggap kakak sendiri bertanya "Dek, sebenernya kamu mau lelaki yang seperti apa sih? Banyak kan yang mengejarmu, kamu tinggal pilih salah satu dari mereka. Kamu gak bisa selamanya sendiri seperti ini. Kalau masih sendiri terus gini akan banyak lelaki yang terus saja menggodamu. Kamu gak capek?" katanya.
Wanita itu menimpali " Gak ada satupun dari mereka yang cukup kuat Mas."
"Cukup kuat gimana?" tanyanya heran.
"Aku butuh lelaki yang GAK HANYA NURUT SAMA AKU, TAPI YANG JUGA BISA BIKIN AKU NURUT. Cuma itu Mas yang aku cari."
Sang kakak pun tersenyum " Kamu emang pintar Dek. Sayang dulu aku tembak kamu tolak juga, jadi lah kita cuma bisa kakak adekan." candanya sambil tertawa, kemudian dia lanjutkan "Emang bener sih Dek, lelaki itu harus bisa membimbing wanitanya. Karena lelaki itu imam bagi istri dan anaknya kelak. Kalau gitu semoga kamu segera bertemu dengan lelaki beruntung itu ya." katanya.
"Ya, aku gak mau menurunkan standarku hanya demi cepat mendapatkan lelaki Mas." kata wanita itu kemudian pergi.

Yes, my live have been complete with or without anyone beside of me. I will always be the queen of my life with or without a king. I am a woman now. I live what I deserve. Thanks for the pain which make me realized it all.

Kata-kata itu kemudian ditulisnya di blog nya. Wanita itu menyadari, dia hanya perlu dirinya untuk bisa bahagia. Bukan orang lain.

Friday 4 March 2016

Trust is like an eraser. It gets smaller and smaller after every mistakes.

Senja yang dingin. Masih teringat jelas bagaimana pagi tadi aku mengusir lelaki itu dari rumahku. Dia benar-benar tak mau pergi hingga aku menutup dan mengunci pintu rumah tanpa memperdulikan dia yang masih berdiri memohon di depan pintu.
Dio. Ya. Lelaki yang pernah aku cintai dengan sangat. Yang pernah membuat aku berjuang melawan semua emosi dan ego hanya agar aku tetap bisa bersama dia. Aku berusaha menutup mata dan telinga dari ucapan-ucapan miring orang-orang tentang dia. Aku tak pernah percaya dia tak setia.
Kami memang terpisah jarak. Hanya sesekali kami bertemu. Tapi aku benar mempercayainya. Sangat.
Tapi semuanya musnah saat aku tahu dia berbohong. Aku mulai berisik selalu menanyai ini itu kepadanya. Dia pun mulai sebal dengan semua ocehanku. Tanpa ba bi bu, dia justru pergi begitu saja. Hilang bagai ditelan bumi. Semua kontak tak bisa dihubungi. Bahkan semua temannya yang ku tanya tak ada yang mau memberi tahu. Aku cari tak pernah ketemu.
Aku jatuh. Sakit. Pasti. Berhari-hari. Bahkan berminggu-minggu. Air mata tak henti mengalir tiap mengingatnya. Tapi aku tahu, aku harus bangkit. Aku harus jadi lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya, bersama dia dulu aku belajar caranya bersabar meredam ego.
Terimakasih telah meninggalkanku hingga aku menjadi jauh lebih baik dan kuat.
Kini, kau kembali. Mencariku. Berkata akulah wanita yang paling sabar menemani selama masa gilamu, masa berantakannya hidupmu. Kau ingin memperbaiki kembali segalanya. Namun maaf. Aku bukan aku yang dulu lagi.
Semua yang kau perlukan hanyalah tetap tinggal, tak pernah pergi meninggalkanku. Kini, rasa percayaku padamu sudah tak ada. Pergilah. Aku sudah jauh lebih bahagia dengan diriku sekarang.
Tanpa kamu.